Daya Tarik Bisnis Timah Bangka Belitung, Libatkan Banyak Sosok Besar Termasuk”Sembilan Naga”

Komitmen pemerintah Indonesia terhadap pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berorientasi pada pembangunan industri nasional kembali terbukti dengan diterbitkannya kebijakan baru dalam bidang pertambangan. Pada 1 April 2024, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di bawah kepemimpinan Menteri Arifin Tasrif mengeluarkan Keputusan Menteri Nomor 69.K/MB.01/MEM.B/2024. Keputusan ini mengklasifikasikan 22 komoditas mineral sebagai mineral strategis, dengan tujuan utama memperkuat industri strategis dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Jumat (5/4/2024).
Foto : Blok Timah (net)

Skandal Korupsi Mengguncang Industri Tambang Timah Bangka Belitung

KBO-BABEL.COM (Jakarta) – Industri tambang timah di Bangka Belitung, yang pada awalnya dianggap sebagai tulang punggung ekonomi daerah, kini terguncang oleh skandal korupsi besar-besaran. Berbagai kalangan terlibat, mulai dari mantan pejabat BUMN hingga pesohor ternama. Para pelaku dianggap telah merugikan negara hingga mencapai angka fantastis, mencapai Rp271 Triliun, seiring dengan kerusakan lingkungan yang mereka tinggalkan. Jumat (19/4/2024)

Di tengah sorotan media, nama-nama terkenal seperti Helena Lim, Harvey Moeis, dan bahkan Sandra Dewi, istri Harvey Moeis, terseret dalam kasus ini. Bahkan, ‘Gudang Uang’ milik seorang pengusaha timah terkemuka, Thamron alias Aon, tidak luput dari penyitaan oleh jaksa. Skala kasus ini menegaskan betapa besar dan menggiurkannya bisnis tambang timah di daerah tersebut.

Bacaan Lainnya

Industri tambang timah tidak hanya didominasi oleh PT Timah Tbk. Ada juga perusahaan lain seperti PT Koba Tin yang pernah menjadi pusat perhatian. Pendirian smelter timah di berbagai tempat di Bangka Belitung menunjukkan diversifikasi investasi dalam sektor ini.

Salah satu contoh yang menonjol adalah kehadiran Tomy Winata, tokoh bisnis yang terkenal dengan julukan ‘Sembilan Naga’. Dia pernah memiliki investasi di PT Refined Bangka Tin (RBT), sebelum akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan tersebut pada Agustus 2016, sejalan dengan komitmen untuk mendukung kebijakan lingkungan.

Meskipun terjadi goncangan hebat dalam industri timah Bangka Belitung, potensi sektor ini masih terus menarik. Dengan puluhan ribu hektar lahan yang dikuasai, serta keberadaan berbagai perusahaan dan investasi, sektor ini masih memiliki prospek yang menjanjikan. Namun, tantangan besar seperti korupsi dan dampak lingkungan harus segera diatasi untuk memastikan keberlanjutan industri ini.

 

Peta Baru Bisnis Timah Bangka Belitung

Pemerintah Indonesia terus mengawasi perubahan dalam industri timah Bangka Belitung setelah guncangan akibat kasus korupsi yang baru-baru ini mengguncang bisnis pertambangan. Dengan kontribusi mencapai 90 persen dari total produksi timah di Indonesia, kepulauan Bangka Belitung telah menjadi pusat perhatian utama dalam pemulihan dan restrukturisasi industri tersebut.

Setelah kasus korupsi yang mengguncang industri timah, terjadi pergeseran kekuatan dalam peta bisnis timah Bangka Belitung. Salah satu perusahaan yang memperoleh perhatian khusus adalah PT Mitra Stania Prima (MSP), yang berhasil naik sebagai pemain utama setelah keluarga Prabowo Subianto, melalui anak Hasjim Djojohadikusumo, mengendalikan mayoritas saham perusahaan tersebut.

MSP, yang dimiliki oleh Arsari Group, memiliki peran vital dalam menentukan arah bisnis timah di wilayah ini. Dengan memiliki empat anak perusahaan yang menjalankan seluruh spektrum kegiatan pertambangan, pemrosesan, hingga ekspor timah, MSP telah menjadi pemain kunci dalam industri ini.

PT Mitra Stania Prima telah memperoleh prestise sebagai perusahaan pertambangan timah terbesar ke-3 di Indonesia. Beroperasi sejak tahun 2013 di Mapur dengan luas tanah yang signifikan, perusahaan ini telah menunjukkan potensi besar dengan produksi yang konsisten dan fasilitas pemurnian yang modern.

Salah satu keunggulan utama MSP adalah kemampuannya untuk mengekspor produknya secara konsisten dengan standar internasional. Ingot timah bermerek MSP telah terdaftar di bursa London Metals Exchange (LME), yang menunjukkan kualitas dan kredibilitas produk mereka di pasar global.

Namun, bukan hanya MSP yang berperan dalam peta bisnis baru ini. Perusahaan lain seperti PT AEGA Prima juga memberikan kontribusi signifikan dalam industri timah Bangka Belitung. Dengan total luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang besar dan tersebar di berbagai lokasi strategis, AEGA Prima merupakan pemain yang patut diperhitungkan dalam pasar ini.

Meskipun terdapat perusahaan lain yang juga berperan dalam ekspor timah, seperti PT Timah Tbk dan PT Refined Bangka Tin, MSP telah menempatkan dirinya sebagai pemain utama yang stabil dan terpercaya dalam industri ini.

Namun, perlu dicatat bahwa sejumlah perusahaan masih menunggu persetujuan untuk dapat beroperasi sepenuhnya. Misalnya, PT Refined Bangka Tin sedang menjalani proses hukum di Kejaksaan Agung, yang menghambat operasional mereka.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus memantau perkembangan industri timah ini, memastikan bahwa semua perusahaan mematuhi regulasi dan prosedur yang berlaku. Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Tri Winarno, menegaskan bahwa proses persetujuan RKAB tidak hanya diberikan kepada perusahaan tertentu, melainkan telah disetujui untuk beberapa perusahaan.

Dengan demikian, meskipun terjadi perubahan dalam peta bisnis timah Bangka Belitung, pemerintah berkomitmen untuk memastikan kestabilan dan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam industri ini demi kesejahteraan masyarakat setempat serta kontribusi yang berkelanjutan terhadap perekonomian nasional. (KBO-Babel/Tim)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *