Dukung Literasi Daerah, 30 Karya Dongeng Melayu Bangka Belitung Siap Dibukukan

Foto: Lokakarya Penulisan Dongeng Berbahasa Melayu Bangka Belitung, di Gedung Pelayanan Perpustakaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada Senin, 21 Oktober 2024.

Lokakarya Penulisan Dongeng Berbahasa Melayu, Langkah Bangka Belitung Lestarikan Warisan Bahasa

KBO-BABEL.COM (Pangkalpinang) – Dalam upaya melestarikan bahasa daerah dan membangun kecintaan terhadap literasi lokal, Kampung Dongeng Bangka Belitung menyelenggarakan Lokakarya Penulisan Dongeng Berbahasa Melayu Bangka Belitung, di Gedung Pelayanan Perpustakaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada Senin, 21 Oktober 2024. Sebanyak 30 penulis dari berbagai latar belakang turut serta dalam acara ini, menjadikannya momen penting bagi dunia literasi di Bangka Belitung. Sabtu (26/10/2024)

Penyelenggaraan kegiatan ini didukung oleh bantuan dari Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa melalui program Bantuan Pemerintah untuk Komunitas Penggerak Literasi tahun 2024. Desri, atau yang akrab disapa Bundes, sebagai perwakilan Kampung Dongeng Bangka Belitung, menyampaikan bahwa dukungan ini membantu memfasilitasi penulisan dan publikasi dongeng-dongeng berbahasa Melayu Bangka Belitung yang unik dan kaya akan nilai lokal.

Bacaan Lainnya

Acara ini dibuka oleh Abu Hafaz, yang mewakili Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dalam sambutannya, Abu menyampaikan komitmen Dinas Kearsipan dan Perpustakaan untuk bersinergi dengan komunitas literasi mana pun yang berencana mengadakan kegiatan literasi di gedung perpustakaan provinsi.

“Kami mendukung penuh upaya melestarikan bahasa daerah, terutama bahasa Melayu Bangka Belitung, agar generasi mendatang tetap bisa mengenal dan mencintai bahasa ibu,” ujar Abu Hafaz.

Lokakarya ini menarik perhatian peserta dari berbagai lapisan masyarakat. Tidak hanya para penulis berpengalaman, tetapi juga pelajar SMP kelas 7 dan 8, serta masyarakat umum dengan profesi beragam, turut berpartisipasi.

Para peserta ini membawa ide-ide cerita yang unik, yang akan disampaikan dalam dialek Melayu Bangka Belitung yang khas. Lokakarya ini juga menjadi ajang untuk menyalurkan kreativitas dan memperkuat hubungan dengan budaya lokal.

Selama sesi presentasi naskah, para peserta tampak sangat antusias. Mereka saling memberikan masukan untuk memperkaya ide cerita dan memperhalus struktur narasi.

Dipandu oleh narasumber yang ahli, setiap peserta mendapatkan bimbingan intensif untuk mengembangkan dongengnya agar lebih hidup dan memiliki daya tarik. Sebagai penutup dari sesi ini, para peserta diberikan kesempatan untuk melakukan revisi mandiri setelah kegiatan berakhir, sehingga mereka dapat mengimplementasikan masukan yang telah diberikan.

Salah satu keistimewaan dari acara ini adalah rencana pembukuan hasil karya peserta dalam sebuah buku berjudul Yo Kita Bekisah, yang akan dicetak dalam bentuk dummy. Buku ini diharapkan menjadi karya dokumentasi penting bagi Bangka Belitung, yang bisa dimanfaatkan sebagai referensi dalam mempertahankan bahasa Melayu Bangka Belitung.

Desri menyampaikan harapannya bahwa buku ini akan menambah minat masyarakat terhadap cerita berbahasa ibu dan menjadi panduan berharga bagi mereka yang ingin memahami ragam dan kekayaan dialek Melayu di Bangka Belitung.

“Kami berharap melalui kegiatan ini, literasi berbahasa Melayu Bangka Belitung akan semakin hidup. Buku ini dapat menjadi rujukan bagi yang membutuhkan cerita berbahasa ibu, baik untuk hiburan maupun pembelajaran,” ungkap Desri.

Ia juga menambahkan bahwa dukungan terhadap inisiatif seperti ini perlu terus ditingkatkan agar budaya lokal bisa lestari.

Berikut adalah daftar nama dan judul karya dongeng dari 30 penulis yang berkontribusi dalam buku Yo Kita Bekisah:

1. Aridho – Ido, Vek, ken Nago
2. Brahmanthya Kamandana Adhywardhana – Tudung Saji nyak Atok
3. Budi Rahmad – Ikan Baung Kecit yang Berak
4. Desika Lestariningsih – Umah Tangkol Sungai Jeruk
5. Falendra – Nanas Emas
6. Hairul – Datok Temiang Bela
7. Medya Febriandy – Kecadak Taipau
8. Meilanto – Ke Pengkal
9. Niswatun Khasanah – Sape Ikot Pawai?
10. Nurhasanah – Bujang Kawi dan Kerito Surong
11. Padilah – Temaram Pelita Di Pondok Sang
12. Septiarti – Kisah Jang Anto
13. Sulistyowati – Kisah Ranggas
14. Suryan Masrin – Kawak Kapong Nok Berutong
15. Susanto – Buk Kepel Kek Tumis Pucok Ubi
16. Toha Budi Sri Utami Ningrum – Pelanduk Betuah
17. Toni Pratama – Lakso, Pemaken Tok Ngilang Rindu
18. Vega Galanteri – Ranteng Ajaib
19. Viska Yolensia – Resam Betuah
20. Wira Chrisma Talia – Rintak Sagu
21. Zulaikha Nurfianti – Arai Ken Raje Laot
22. Endah Suci Wulandari – Asal Mula Kampong Mancong
23. Elfrida Azaria – Yo Dek Usah Sibok Kek Dunia Maya
24. Atik Rahmaniyar – Penawar Bunga Nyatoh
25. Gusti Neka Pertiwi – Batu Satam Kek Penjage Alam
26. Ira Esmiralda – Asal Usul Batang Pelawan
27. Abghiya Fadhilah Rahim – Mancing di Bandar
28. Sukma Wijaya – Demane Ngencarik Ikan Cempedik
29. Etty Yusrika – Dak Ketengong, Bukan Dak Begune
30. Desri Susilawani – Mulot Dayang Murai

Dengan karya-karya yang memuat pesan moral dan kearifan lokal, buku ini diharapkan dapat menjadi media edukasi bagi generasi muda serta pelestari identitas budaya Bangka Belitung.

Inisiatif dari Kampung Dongeng dan komunitas literasi lainnya menjadi langkah penting dalam menjaga keberlangsungan bahasa Melayu lokal agar tetap hidup dan menjadi bagian dari identitas Bangka Belitung yang patut dibanggakan. (Desri/KBO Babel)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *