Mengangkat Batik Pulau Belitung: Inisiatif PT Timah untuk Melestarikan Warisan Budaya
KBO-BABEL.COM (BELITUNG TIMUR) – Batik adalah warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia sejak 2009. Kain batik bukan hanya sekadar kain bermotif, melainkan mencerminkan kekayaan, sejarah, dan kebanggaan bangsa Indonesia. Dalam rangka mendukung pelestarian batik, PT Timah berperan langsung dengan membina para perajin batik di wilayah operasional perusahaan, karena setiap daerah memiliki motif batik yang menggambarkan keindahan daerahnya. Rabu (2/10/2024)
Salah satu perajin batik yang menjadi mitra binaan PT Timah adalah Ira Afriliana. Wanita yang memiliki brand Sanggar Batik De Simpor ini telah berkiprah sebagai perajin batik sejak tahun 2017. Ia menceritakan bagaimana ia mengenalkan keindahan Pulau Belitung melalui motif batiknya.
“Batik merupakan warisan budaya yang banyak disukai orang. Saya ingin mengangkat batik dengan memiliki motif khas daerah sendiri Pulau Belitung,” kata Ira saat dihubungi pada Selasa (1/10/2024).
Sanggar Batik De Simpor terletak di Jalan Laskar Pelangi Dalam 2, Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Di sini, Ira dan timnya memproduksi berbagai produk batik seperti kain batik, kemeja, syal, dan beberapa produk lainnya.
Motif batik yang mereka tawarkan sangat beragam, antara lain daun simpor, bunga simpor, yang merupakan salah satu tanaman khas Belitung. Selain itu, mereka juga membuat motif keramunting, rambai katis, dan ikan cempedik.
Sejak tahun 2019, usaha Batik De Simpor mendapat dukungan dari PT Timah. Ia dibantu permodalan oleh PT Timah untuk mengembangkan usaha batiknya. Tak hanya itu, pembinaan dan promosi juga dilakukan agar produknya makin dikenal.
“Dengan menjadi mitra binaan PT Timah, kita banyak terbantu untuk mengembangkan usaha dalam hal modal. PT Timah juga membantu mempromosikan melalui pameran, bazar UMKM, dan melalui Rumah BUMN Belitung,” tambahnya.
Namun, menjadi perajin batik bukanlah hal yang mudah. Ira menghadapi banyak tantangan, terutama dari sisi pemasaran yang masih terbatas, khususnya untuk menjangkau pasar generasi muda. Biaya produksi yang tinggi akibat kenaikan harga bahan baku juga menjadi kendala, sedangkan pasar menginginkan harga batik yang lebih terjangkau.
Ira berharap, dalam moment Hari Batik Nasional ini dengan dukungan yang tepat baik dari Pemerintah, Swasta, BUMN dan berbagai organisasi bisa membantu para perajin batik untuk terus berkarya.
“Butuh dukungan semua, baik itu pelatihan untuk perajin sehingga para perajin batik mampu menghasilkan karya tidak hanya mempertahankan tradisi tetapi mampu bersaing secara global,” harapnya.
Ia percaya bahwa dengan menggunakan produk batik dari para perajin, masyarakat dapat berkontribusi dalam mendukung pelestarian batik dan membantu perajin batik tetap eksis.
“Menggunakan dan mempromosikan batik adalah langkah nyata agar tetap hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi. Mari kita rayakan Hari Batik Nasional dengan menggunakan batik lokal,” ajak Ira.
PT Timah juga terus berkomitmen untuk mendukung pelestarian batik. Selain membina para perajin yang sudah eksis, perusahaan ini juga pernah menggelar pelatihan membatik bagi kelompok masyarakat.
Salah satu pelatihan yang digelar adalah pelatihan membatik ecoprint bagi kelompok perempuan di Dusun Air Abik, Bangka. Selain itu, PT Timah juga menyelenggarakan pelatihan membatik bersama warga binaan lapas perempuan di Pangkalpinang dan pelatihan membatik bagi UMKM di Pulau Belitung.
Dengan dukungan dan inisiatif seperti ini, diharapkan batik Indonesia akan terus lestari dan dikenal di kancah global. Upaya PT Timah dalam membina perajin batik adalah salah satu langkah nyata dalam menjaga warisan budaya Indonesia, sekaligus meningkatkan kreativitas dan perekonomian masyarakat di wilayah operasional perusahaan. (*)
Sumber: PT Timah Tbk