Ghea Agogo Talent BosBro Production Beradu Akting Dengan Atau Herlambang Di Film “Mayat Hidup”
KBO-BABEL.COM (Pekalongan) – Film Mayat Hidup (MH) garapan sutradara asal Pekalongan, Teguh Santoso, baru saja kelar pengambilan adegan pemungkas Sabtu (3/7) lalu. Lokasi persisnya di Desa Kebondalem, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Jateng. Senin (12/8/2024)
Lalu, cerita yang tersisa dari perjalanan syuting panjang yang memakan waktu kurang lebih tiga puluh hari itu datang dari model cantik, Ghea Agogo (33).
Ghea, begitu panggilan akrabnya, mengaku terkejut saat melakukan salah satu adegan dari MH, yakni : adegan memakan bayi yang baru beberapa hari lahir.
“ Aku benar – benar kaget dan bulu kudukku berdiri, karena harus berakting memakan bayi bagai orang kelaparan. Tapi itu instruksi sutradara…. “ kata Ghea.
Bagaimana Ghea tak kaget karena sutradara Teguh Santoso benar – benar menghadirkan seorang bayi perempuan asal Pekalongan yang baru lahir seminggu ke lokasi syuting. Kemudian bayi itu diletakkan di atas ubin untuk dilahap para suster mahkluk ghaib di Klinik Merah Delima.
“ Tambah mengerikan lagi, ada efek darah yang nyiprat ke kostum suster… “ tambah Ghea.
Pengambilan adegan memakan orok itu berlangsung lewat tengah malam di salah satu ruangan di bangunan tua, yang biasa disebut Omah Tani di Bandar, Batang. Kata Ghea, suasananya sangat menunjang imajinasi memakan orok.
Dalam film “Mayat Hidup” Ghea berperan sebagai Suster Liana, salah satu dari empat suster jadi – jadian yang menghuni klinik setan di bangunan tua. Suster Liana memiliki karakter hendak membalas dendamnya pada Dokter Trasta yang diperankan oleh Athoy Herlambang (43), yang dijebak masuk ke dalam klinik.
Suster Liana memang punya dendam masa lalu pada Trasta.
Ia dibunuh secara brutal oleh Trasta muda. Sebab itulah, mayat Liana bangkit. Nah adegan kebangkitan mayat Liana ini, juga punya cerita tersendiri buat Ghea.
“ Itu lokasi syutingnya di pekarangan rumah tua yang dikelilingi hutan pohon jati di Boyolali. Saya harus merelakan tubuh saya dikubur di liang buatan. Yang bikin serem itu ya Susana sekitar, karena kan syutingnya tengah malam dan di samping kuburan buatan ada pohon bamboo besar … serem lah ! “ ujar Ghea yang tak berminat lagi untuk melanjutkan cerita pengalaman syutingnya di Desa Kepoh, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.
Tapi Ghea mengaku puas. Lewat tiga puluh hari, syuting MH sukses. Ia mengaku mendapat pengalaman sekaligus teman kerja yang solid selama gerilya melewati tiga lokasi syuting : Pekalongan, Batang dan Boyolali.
“ Pengalaman dan wawasan saya soal film, terutama akting bertambah. Saya dapat banyak masukan soal akting dari senior saya, Athoy Herlambang dan tentu saja sutradara Mas Teguh …. “ pungkas Ghea yang tinggal di daerah Kemang, Jakarta Selatan.
Ghea memang beruntung bisa bersanding akting Athoy Herlambang. Aktor tampan asal Bandung ini sudah punya jam terbang mumpuni di jagat sinetron dan film. Salah satu sinetron yang melejitkan nama Athoy adalah Biar Cinta Memilih. Wajar saja nama Athoy majang di etalase MH.
Ghea dengan Athoy sengaja dipertemukan oleh sutradara jebolan Sinematografi IKJ ( Institut Kesenian Jakarta ), teguh Santoso, yang sebelumnya juga malang melintang di dunia sinetron dan film, Ia tercatat pernah menjadi asisten sutradara beken Garin Nugroho dan Hanung Bramantyo.
Nama – nama lain pendukung film “Mayat Hidup” tercatat, Rima Kusumawati Prasetyaningrum (43) aktris asal Boyolali yang berparas ayu dan juga wakil ketua PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia) Jateng ini memerankan karakter Pima, istri Trasta. Sebelumnya, Rima pernah bermain untuk sejumlah film layar lebar, yakni : Pesugihan, Roman Picisan dan Ambilkan Bulan
Tak cukup Rima, nama aktris lain yang boleh dibilang senior adalah Linda Djatnika (54). Linda memerankan karakter Dokter Netty. Aktris asal Bandung ini pernah terlibat dalam film Fatahillah (1997) dan memerankan sosok Pembayun.
Dari barisan Pria, aktor yang tak kalah tangguhnya adalah Parlin Tampubolon (50) yang memerankan sosok Dokter Parli, Kepala Klinik Merah Delima. Parlin kembali terjun ke dunia film setelah lama absen. Tahun 1998, Parlin ikut bermain dalam film Dukun AS (1998). Sebuah film yang mengangkat cerita faktual soal fenomena kekejian seseorang dukun di Sumatera Utara.
Terakhir, aktor senioir pria lainnya adalah Oim Ibrams (50). Dalam MH ia memerankan Gurem, sosok yang selalu menghalangi gerak para mayat hidup. Oim pernah menumpahkan jurus aktingnya dalam film berjudul WAGE (sebuah film biopik tentang pencipta lagu kebangsaan Wage Rudolf Soepratman ) yang diproduksi 2017 lalu. Dalam film WAGE, Oim berperan sebagai Muh Yamin. (@herubosbro. Publisher: KBO-Babel)