Bos Tambang Timah Tempilang Akan Diperiksa Polisi Pasca-Kecelakaan Longsor yang Tewaskan Tiga Penambang
KBO-BABEL.COM (Bangka Barat) – Insiden kecelakaan tambang yang terjadi di perbatasan Desa Benteng Kota, Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, menewaskan tiga penambang dan menyisakan satu korban yang selamat dengan kondisi luka-luka. Kecelakaan ini terjadi pada Kamis sore, 25 Juli 2024, di lokasi eks tambang KJUB, Dusun Merabok, Desa Benteng Kota, Kecamatan Tempilang. Jumat (26/7/2024).
Menurut Kapolsek Tempilang, Ipda Harun Pardamean Simanjuntak, proses hukum akan melibatkan pemeriksaan saksi-saksi di lokasi kejadian, termasuk pemilik tambang, pengawas tambang PT Timah, serta korban selamat dan saksi lainnya.
“Rencana tindak lanjut besok akan dilaksanakan mengambil keterangan saksi – saksi yang ada di TKP. Dari pemilik tambang, pengawas tambang PT.Timah, korban saudara Nie, yang hidup dan saksi lainnya,” jelas Kapolsek pada Jumat (26/7/2024).
Dari informasi yang didapat, kecelakaan ini melibatkan empat orang penambang. Tiga dari mereka meninggal dunia akibat tertimbun tanah longsor, sedangkan satu orang selamat namun mengalami luka-luka.
Korban yang selamat adalah Sumardi alias Nie, berusia 42 tahun, warga Desa Tempilang. Nie mengalami patah kaki kiri dan saat ini dirawat intensif di Puskesmas Tempilang.
Korban yang meninggal dunia meliputi Budiar alias Badiok, 54 tahun, warga Desa Air Lintang, yang berhasil dievakuasi lebih awal, serta Fitriadi dari Desa Benteng Kota dan Suhai dari Desa Air Lintang.
Kedua korban terakhir ditemukan setelah proses evakuasi yang berlangsung malam hari. Tim gabungan Basarnas dan relawan berhasil menemukan jenazah Fitriadi dan Suhai pada pukul 23.01 WIB setelah upaya pencarian yang intensif.
Kepala Desa Benteng Kota, Saprul, yang turut serta ke lokasi kejadian, menjelaskan bahwa tanah longsor di lokasi tambang kemungkinan disebabkan oleh pergerakan tanah akibat curah hujan yang tidak merata.
“Longsor, karena lama tidak hujan. Mereka ini pekerja sudah selesai bekerja, sudah bersih bersih badan dan hendak naik ke atas. Tetapi karena musibah, mereka tertimbun tanah yang longsor,” ungkap Saprul.
Proses evakuasi memerlukan waktu dan upaya yang tidak sedikit, mengingat kedalaman lubang tanah yang mencapai sekitar 9-10 meter. Para penambang tertimbun cukup dalam sehingga memerlukan koordinasi antara tim SAR, Basarnas, dan relawan lokal untuk menemukan dan mengevakuasi korban.
Sementara itu, jenazah Budiar telah dibawa ke rumah duka setelah dilakukan visum oleh Puskesmas Tempilang. Proses identifikasi dan administrasi jenazah korban lainnya juga tengah dilakukan.
Kepolisian akan melakukan investigasi menyeluruh untuk menentukan apakah ada pelanggaran terhadap prosedur keselamatan kerja atau kelalaian yang mengakibatkan kecelakaan tersebut.
Pihak berwenang juga akan memeriksa apakah standar keselamatan di lokasi tambang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan apakah ada kekurangan yang perlu diperbaiki untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Proses hukum ini diharapkan dapat mengungkap penyebab pasti dari kecelakaan dan memberikan keadilan bagi keluarga korban serta memastikan perlindungan yang lebih baik untuk para pekerja tambang di wilayah tersebut. (Sumber: Bangka Pos, Editor: KBO-Babel)