Skandal Korupsi PT Refined Bangka Tin Mengguncang Dunia Bisnis: Tomy Winata dan Harvey Moeis Terseret Dalam Kasus Penambangan Liar
KBO-BABEL.COM (Jakarta) – Sebuah gempa mengguncang dunia bisnis Indonesia ketika skandal korupsi melibatkan PT Refined Bangka Tin (RBT) terbongkar. Kasus ini menimbulkan kehebohan karena melibatkan nama-nama besar dalam jaringan bisnis, termasuk Tomy Winata, salah satu figur ‘Sembilan Naga’ yang dikenal sebagai pengusaha berpengaruh di Indonesia. Jumat (5/4/2024)
PT Refined Bangka Tin, perusahaan yang awalnya merupakan bagian dari sektor pertambangan timah di bawah Artha Graha Network, kini terlibat dalam kasus penambangan liar di Bangka Belitung. Kasus ini mengungkap dugaan keterlibatan Harvey Moeis, suami dari artis ternama Sandra Dewi, yang disebut sebagai dedengkot PT RBT.
Menurut laporan dari Kejaksaan Agung, Harvey Moeis telah ditetapkan sebagai tersangka dalam dugaan korupsi tata niaga komoditas timah wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah. Kasus ini juga mengarah pada koordinasi penambangan liar dengan sejumlah perusahaan terkait seperti PT SIP, CV VIP, PT SBS, dan PT TIN.
Kejaksaan Agung menegaskan bahwa penangkapan Harvey Moeis bukanlah langkah sembarangan. Setelah pemeriksaan kesehatan, ia langsung ditahan di Rumah Tahanan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan selama 20 hari untuk kepentingan penyidikan lebih lanjut.
Selain itu, kasus ini membawa nama Tomy Winata ke permukaan. Tomy Winata, yang sebelumnya terkait dengan Artha Graha Network, turut terseret dalam sorotan publik karena keterlibatan PT RBT dalam skandal penambangan liar tersebut. Meskipun tidak secara langsung terlibat dalam kasus ini, namun hubungannya dengan PT RBT menciptakan kehebohan tersendiri dalam dunia bisnis.
Perjalanan PT Refined Bangka Tin menjadi semakin rumit ketika pada tahun 2016, perusahaan ini tidak lagi tergabung dalam jaringan bisnis Artha Graha Network. Hal ini menimbulkan spekulasi tentang alasan di balik pemisahan tersebut.
Salah satu anggota konsorsium yang membeli saham PT RBT adalah Robert Bono, seorang pengusaha tambang batubara, hotel, dan timah yang sudah dikenal sejak era tahun 2008.
Dalam konferensi pers, Kejaksaan Agung menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap seluruh fakta terkait kasus ini.
Sosok Tomy Winata
Tomy Winata, atau yang lebih dikenal dengan panggilan TW, dilahirkan pada 23 Juli 1958 di Pontianak, Kalimantan Barat. TW mengalami masa kecil yang penuh tantangan sebagai seorang anak yatim piatu. Namun, kehidupan penuh kekurangan tidak menyurutkan semangatnya untuk meraih kesuksesan.
Sejak usia muda, TW telah menunjukkan bakat dan ketekunan dalam berbisnis. Pada usia 15 tahun, ia sudah terlibat dalam proyek-proyek konstruksi, di mana ia dikenalkan dengan seorang pejabat militer di Singkawang.
Dari situlah, langkah TW dalam dunia bisnis semakin terbuka lebar. Proyek demi proyek diraihnya, termasuk pembangunan kantor Koramil di Singkawang dan menjadi penyalur barang ke tangsi-tangsi tentara di Indonesia.
Dikenal sebagai sosok yang dekat dengan kalangan militer, TW membangun jaringan yang kuat dengan beberapa jenderal terkemuka, antara lain Letjen TNI (Purn) Tiopan Bernard Silalahi dan Jenderal Edy Sudrajat.
Hubungannya dengan militer bukan hanya sebatas hubungan bisnis, namun juga keterlibatannya dalam proyek-proyek penyelamatan institusi keuangan yang kritis.
Salah satu prestasi gemilang TW adalah penyelamatan Bank Propelat pada tahun 1988, yang kemudian berubah menjadi Bank Artha Graha. Bank tersebut, yang semula hanya memiliki aset sebesar Rp 8 miliar, berhasil diubah menjadi bank yang sehat dalam waktu singkat, yakni hanya 1,5 tahun. Kesuksesan ini membuktikan kecerdasan dan kepiawaian TW dalam mengelola bisnis finansial.
Tidak hanya terpaku pada sektor keuangan, TW juga meluaskan sayap bisnisnya ke sektor properti dan perhotelan. Pada tahun 1989, ia mendirikan PT Danayasa Arthatama dan ikut serta dalam proyek megaproyek senilai US$ 3,25 miliar di kawasan bisnis Sudirman Central Business District (SCBD) Jakarta, yang berhasil meraih kesuksesan besar.
Pada tahun 2003, TW mengambil alih Bank Inter-Pacific, yang kemudian melalui pasar modal mengakuisisi Bank Artha Graha, yang pada akhirnya berubah menjadi Bank Artha Graha Internasional pada tahun 2005. Keberhasilan ini semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu tokoh terkemuka di sektor keuangan di Indonesia.
Selain itu, TW juga memiliki investasi di bidang perhotelan, dengan memiliki saham di Hotel Borobudur melalui PT Jakarta Internasional Hotels and Development. (Sumber: Bangka Pos, Editor: KBO-Babel)