Kasus Korupsi di PT Timah Tbk Mengganggu Pasokan Timah Global: Indonesia di Ambang Krisis
KBO-BABEL.COM (Jakarta) – Keseimbangan pasokan global timah terancam oleh kemungkinan penurunan drastis dalam produksi yang disebabkan oleh kasus korupsi yang melibatkan PT Timah Tbk (TINS) di Indonesia. Rizal Kasli, Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi), menjelaskan bahwa Indonesia adalah salah satu dari dua negara terbesar dalam pasokan logam timah, terutama dari Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Selasa (26/3/2024)
Namun, laporan terbaru menunjukkan penurunan kinerja pertambangan timah di Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2024, yang salah satu penyebabnya terkait dengan kasus korupsi yang melibatkan PT Timah.
Rizal menyatakan harapannya agar kasus tersebut segera diselesaikan untuk menghidupkan kembali produksi timah. Dia menekankan perlunya pembenahan tata kelola komoditas timah untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum.
Indonesia sebenarnya memiliki cadangan bijih timah yang melimpah, dengan potensi sumber daya mencapai 7,4 miliar ton dan cadangan tertakarnya sebanyak 6,9 miliar ton.
Namun demikian, mayoritas cadangan tersebut berada dalam konsesi PT Timah. PT Timah, meskipun merupakan produsen timah olahan terbesar kelima di dunia, mengalami penurunan produksi sebesar 22,7% dari tahun 2022.
Data International Tin Association (ITA) menunjukkan bahwa PT Timah menyumbang sekitar 6,97% dari total produksi 10 produsen teratas dunia pada tahun 2023.
Namun, penurunan produksi PT Timah telah mengganggu stabilitas pasokan global, dengan konsumsi timah olahan menurun sebesar 3,2% pada tahun 2022 dan berlanjut dengan kontraksi sebesar 1,6% pada tahun 2023.
Di sisi lain, penegakan hukum terhadap kasus korupsi di PT Timah telah menghambat proses RKAB (rencana kerja dan anggaran belanja), karena beberapa CPI (Competent Person Indonesia) terlibat dalam kasus tersebut.
Bambang Patijaya, anggota Komisi VII DPR RI, menjelaskan bahwa kesulitan dalam valuasi pertambangan timah terjadi karena CPI yang terlibat dalam proses tersebut juga terjerat kasus hukum.
Kejaksaan Agung melalui tim Penyidik pada Direktorat Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) telah menetapkan 14 orang sebagai tersangka dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi di PT Timah periode 2015—2022, termasuk mantan Direktur Operasional dan Direktur Pengembangan Usaha PT Timah.
Dengan kondisi ini, pasokan timah global berada dalam ancaman serius. Sementara produsen terbesar dunia seperti Yunnan Tin dari China mempertahankan produksinya, PT Timah sebagai produsen utama dari Indonesia mengalami penurunan signifikan. Dampaknya bisa dirasakan tidak hanya oleh industri, tetapi juga oleh perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Berikut daftar 10 produsen timah olahan teratas pada 2023 :
1. Yunnan Tin (China) : 80.100 ton
2. Minsur (Peru) : 31.700 ton
3. Yunnan Chengfeng (China) : 21.800 ton
4. Malaysia Smelting Corp (Malaysia) : 20.700 ton
5. PT Timah (Indonesia) : 15.300 ton
6. Guangxi China Tin (China) : 12.000 ton
7. EM Vinto (Bolivia) : 10.000 ton
8. Jiangxi New Nanshan (China) : 9.500 ton
9. Aurubis Beerse (Belgia) : 9.300 ton
10. Thaisarco (Thailand) : 9.200 ton
Para ahli memperingatkan bahwa keberlanjutan produksi timah dan penyelesaian kasus korupsi di PT Timah akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas pasokan global timah.
Pengembangan kompetensi dalam pengukuran dan penilaian pertambangan juga perlu diperhatikan untuk mengurangi ketergantungan pada individu atau lembaga tertentu.
Ketidakpastian ini menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku industri dan pemangku kepentingan, sementara pemerintah Indonesia dihadapkan pada tugas yang berat untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum sambil menjaga kestabilan pasokan komoditas kunci ini.
Dengan demikian, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat sipil sangatlah penting untuk menghadapi tantangan ini dan mencegah terjadinya krisis lebih lanjut dalam pasokan timah global. (Sumber: Bloombergtechnoz, Editor: KBO-Babel)