Transformasi Spiritual Muhammad Khoiruddin, dari Preman Bali Hingga Jadi Mualaf

Foto: Transformasi Spiritual Muhammad Khoiruddin, dari Preman Bali Hingga Jadi Mualaf

Dari Kebejatan Menuju Hidayah: Perjalanan Konversi Preman Bali Menjadi Mualaf

KBO-BABEL.COM (Jakarta) – Di balik gemerlapnya kehidupan malam di Sadasari, Kuta Bali, terdapat kisah dari I Gede Swadiaya, yang sekarang dikenal sebagai Muhammad Khoiruddin, telah mengalami transformasi yang menggetarkan hati, membuktikan bahwa jalan menuju kebaikan tidaklah selalu mulus. Jum’at (22/3/2024)

Kehidupannya sebagai seorang preman di pesisir Bali tidaklah mudah. Dalam pencarian akan kenikmatan duniawi, ia merasakan semua yang bisa ditawarkan oleh jalanan: minuman keras, pertarungan, dan hubungan duniawi yang sementara. Namun, di tengah-tengah kekosongan yang mendalam, ia menemukan cahaya dalam perkenalannya dengan Islam.

Bacaan Lainnya

“Saya waktu itu, tiada hari tanpa mabuk. Astaghfiullah, bejat sekali saya waktu itu. Itu membuat murka Tuhan bahkan di agama saya terdahulu. Entah berapa ratus wanita yang saya tiduri,” ujarnya, mengungkapkan penyesalan yang mendalam atas masa lalunya yang gelap.

Meskipun dikenal sebagai preman kawasan Sadasari, Kuta Bali, kehidupan Muhammad Khoiruddin tidaklah semulus yang terlihat dari luar. Setiap hari, ia tenggelam dalam kepuasan duniawi, terjebak dalam lingkaran kesenangan yang tidak pernah memuaskan. Namun, realitas kehidupan sebagai seorang preman tidak selalu menyenangkan. Ia sering kali menemui tantangan dan konfrontasi di jalanan yang keras.

Suatu kali, keberanian dan kesaktiannya diuji ketika ia dikeroyok oleh puluhan orang dari kelompok lawan. Meskipun situasi itu mengancam nyawanya, kekuatan batin dan kesaktiannya membantunya bertahan. Ia bahkan mengungkapkan pengalaman pahit saat hampir kehilangan nyawanya,

“Saya pernah dikeroyok puluhan orang dari kelompok lawan. Hingga saya dikubur di selokan dengan tumpukan bebatuan. Disangkanya saya mati.”

Peristiwa tersebut menjadi sebuah titik balik dalam hidupnya, memicu refleksi yang mendalam tentang arah hidup yang sedang ia jalani. Meskipun tubuhnya mungkin terluka, namun kekuatan spiritualnya tidak tergoyahkan.

Sebuah perkenalan tak terduga dengan seorang pemuda bernama Muhammad Yusuf, seorang santri, membawa perubahan besar dalam hidupnya. Meski pada awalnya belum mengerti, serangkaian peristiwa mulai membuka matanya akan kebenaran.

“Dalam kondisi mabuk, saya kok mendengar lantunan bismillahirrohmanirrohin. Hati saya bergetar bahagia. Apa ini?” kata Khoiruddin, mengingat saat-saat awalnya menemukan keajaiban dalam agama baru yang dia pelajari.

Perubahan besar dalam hidupnya terjadi ketika ia mengalami kecelakaan tragis akibat mabuk. Dalam keadaan terjepit, ia memohon pertolongan dengan menyebut “astaghfirullah”, tanpa benar-benar memahami artinya. Namun, itu adalah titik baliknya.

Puncak perubahan itu terjadi ketika ia memutuskan untuk mengunjungi ayah dari wanita yang ia temui. Meskipun belum menjadi mualaf, ia dengan berani menyatakan niatnya untuk masuk Islam. Keputusannya diterima dengan hangat oleh ayah wanita tersebut, membuka pintu ke iman yang lebih dalam bagi Khoiruddin.

Namun, perubahan itu tidak hanya tentang agama. Ia juga mengubah penampilannya, meninggalkan bekas-bekas masa lalunya yang terukir dalam tato naga di dada dan lengannya.

Meskipun luka-luka fisiknya tak lagi terlihat, namun bekas luka moral yang ia bawa dari masa lalunya telah sembuh dengan keimanan yang kini membimbing langkahnya.

Kisah Muhammad Khoiruddin menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia menunjukkan bahwa tak ada yang terlambat untuk berubah, tak peduli seberapa dalam seseorang telah jatuh ke dalam kegelapan.

Iman dan keputusan untuk berubah adalah kunci untuk membuka pintu menuju cahaya. Dari preman Bali yang ditakuti, kini ia menjadi contoh kekuatan dan kebaikan yang terinspirasi oleh agama Islam. (Sumber: Viva, Editor: KBO-Babel)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *