Kisruh AHY dan Moeldoko Berujung Seteru Menjadi Sekutu
KBOBABEL.COM (Jakarta) – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, yang sebelumnya terlibat dalam konflik terkait kepemimpinan Partai Demokrat, kini telah menemukan titik temu sebagai sekutu di dalam Kabinet Jokowi-Ma’rif Amin. Senin (24/2/2024).
Konflik antara keduanya, yang pernah memuncak dalam aksi cap jempol berdarah, kini telah berubah menjadi kolaborasi.
AHY resmi menjadi bagian dari lingkaran Istana setelah dilantik sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Negara (ATR/BPN) oleh Presiden Joko Widodo.
Kehadiran AHY di lingkungan tersebut secara alami mendekatkannya dengan Moeldoko. Namun, Partai Demokrat menegaskan bahwa posisi AHY sebagai menteri tidak akan bersinggungan dengan urusan partai.
“Sistem kenegaraan dan sistem kepartaian kan dua hal berbeda. Harus kita pisahkan,” ujar Wakil Sekretaris Partai Demokrat, Andi Arief.
Moeldoko pun menyatakan bahwa pertemuan antara dirinya dan AHY merupakan hal yang biasa. Meskipun keduanya pernah berseteru dalam konteks partai, Moeldoko menegaskan bahwa tidak ada masalah antara mereka.
Namun, kilas balik menyiratkan bahwa perseteruan antara AHY dan Moeldoko pernah mencapai puncaknya dalam aksi cap jempol berdarah.
Konflik di Partai Demokrat pecah pada Maret 2021, ketika sebuah KLB digelar di Deli Serdang dan menunjuk Moeldoko sebagai Ketua Umum, meskipun AHY masih secara sah memegang jabatan tersebut.
Menanggapi hal ini, kader Partai Demokrat di Jakarta menggelar aksi cap jempol darah sebagai bentuk protes dan loyalitas terhadap AHY.
Mereka menolak KLB yang dianggap ilegal dan inkonstitusional oleh kubu AHY.
Upaya Moeldoko untuk mengesahkan KLB tersebut diadili, namun ditolak oleh Menteri Hukum dan HAM karena dokumen yang diajukan tidak lengkap.
Moeldoko dan kubu nya juga gagal dalam upaya hukum untuk membatalkan kepengurusan Partai Demokrat versi AHY.
Dalam upaya terakhir, kubu Moeldoko mengajukan Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung, namun usaha tersebut juga berujung pada kegagalan setelah MA menolak PK tersebut.
Dalam rentetan aksi protes dan upaya hukum tersebut, kader-kader Partai Demokrat yang setia kepada AHY terus memberikan dukungan dengan menggelar aksi cap jempol darah dan menunjukkan kesetiaan mereka hingga putusan terakhir dari Mahkamah Agung.
Pada akhirnya, keputusan Mahkamah Agung yang menolak PK Moeldoko menegaskan keabsahan kepengurusan Partai Demokrat versi AHY.
Dengan demikian, konflik antara AHY dan Moeldoko, yang pernah memuncak dalam aksi cap jempol berdarah, telah berubah menjadi kolaborasi di tingkat pemerintahan, mengakhiri babak konflik dalam internal Partai Demokrat. (Sumber : Tempo, Editor : KBO Babel)