Heboh Tutupnya Tambang Nikel Dunia, Luhut: Indonesia Tetap Beroperasi

Foto : Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan

Krisis Pasokan Nikel Global: Indonesia Berkomitmen untuk Mempertahankan Produksi

KBOBABEL.COM (Jakarta) – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan memberikan tanggapannya terkait hebohnya penutupan tambang nikel di beberapa negara. Meskipun banyak negara menutup tambang nikel mereka, Luhut menegaskan bahwa Indonesia tidak akan mengikuti langkah tersebut. Senin (12/2/2024).

“Ya biar aja tambang dunia tutup asal kita gak ikut-ikutan,” ungkapnya saat ditemui di Kantor Kemenko Marves, Jakarta.

Bacaan Lainnya

Berita tentang banyaknya pertambangan nikel yang ditutup di beberapa negara menyebar luas, disebabkan oleh anjloknya harga nikel dunia. Indonesia, sebagai salah satu produsen nikel terbesar, dianggap memiliki peran dalam kondisi tersebut.

Diketahui, Indonesia memiliki banyak fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel, yang menyebabkan pasokan nikel dari Indonesia membanjiri pasar dunia.

Menanggapi hal tersebut, Luhut mengklaim bahwa penurunan harga nikel tidak semata-mata disebabkan oleh program hilirisasi nikel di Indonesia. Dia menilai bahwa harga nikel perlu dilihat dalam jangka panjang, setidaknya 10 tahun terakhir.

“Nggak ada (Indonesia jadi alasan harga nikel anjlok) juga. Saya berkali-kali bilang kalau mau lihat itu harus 10 tahun. Pas lagi sekarang naik, sama saja seperti batu bara,” jelasnya.

Menurut Luhut, untuk memahami harga sebuah komoditas, termasuk nikel dan batu bara, perlu dilihat secara kumulatif dan dihitung rata-ratanya.

“Itu kan at the end cari equilibrium-nya. Dia kan cari anu sendiri. Apa saja komoditi itu kamu lihatnya gak boleh dari setahun dua tahun harus 5-10 tahun. Harus dilihat kumulatif harganya. Kemudian melihat harga rata-ratanya,” tandasnya.

Sementara itu, harga nikel pada penutupan perdagangan Jumat (09/02/2024) tercatat berada pada level US$ 15.668 per US$. Harga nikel turun 1,98% secara mingguan dan 3,22% secara bulanan.

Salah satu tambang nikel yang ditutup sementara adalah yang dikelola oleh Wyloo Metals Pty Ltd, milik miliarder Andrew Forrest. Penutupan tambang ini diikuti oleh BHP Group dan First Quantum Minerals Ltd pada Senin (5/2/2024).

Penurunan harga nikel sekitar 40% dari tahun sebelumnya disebabkan oleh pasokan berlebih, termasuk dari produsen terbesar dunia, yaitu Indonesia. Persediaan nikel telah meningkat hampir 90% sejak Juni di London Metal Exchange, menunjukkan adanya kelebihan pasokan global.

Situasi ini terjadi bersamaan dengan penurunan impor nikel ke China, yang mencapai level terendah dalam 10 tahun terakhir. Reuters melaporkan bahwa China mulai meningkatkan impor logam jenis lain dari Indonesia sebagai gantinya.

Sebagian besar impor dari Indonesia adalah nickel pig iron (NPI) yang digunakan untuk baja tahan karat di China.

Namun, saat ini, China lebih memilih bentuk lain seperti nikel matte. Impor matte dari Indonesia melonjak dari 10.800 ton pada 2020 menjadi 300.500 ton pada 2023, dengan Indonesia menyumbang 93% dari total impor.

Meskipun banyak negara menutup tambang nikel mereka, Indonesia tetap beroperasi. Luhut menegaskan bahwa Indonesia akan terus memproduksi nikel untuk memenuhi permintaan pasar global. (Sumber : CNBC Indonesia, Editor : KBO BABEL)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *