KBO-BABEL.COM (Mamuju) – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Harvick Hasnul Qolbi meminta agar lahan persawahan petani di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) yang tertimbun lumpur akibat banjir bandang pada Oktober 2022 lalu segera dibersihkan.
Petani diharapkan kembali bisa menanam padi tahun ini.
“Jadi laporan itu juga sudah masuk ke kami. Tentu saja di tahun ini harus ada action,” kata Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Harvick Hasnul Qolbi usai meresmikan pembangunan renovasi Kantor Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Sulbar di Mamuju, Senin (30/1/2023).
Harvick mengatakan sawah tertutup lumpur yang terbawa banjir tersebut tak hanya merugikan masyarakat. Keadaan itu membuat para petani tak bisa menanam dan mempengaruhi kualitas produksi.
“Karena ini bukan saja merugikan masyarakat tapi soal produksinya harus kita perhatikan jangan sampai terganggu,” imbuhnya.
Ia menambahkan saat ini pihaknya tengah mengkaji persoalan tersebut. Apakah nantinya akan ditangani oleh tingkat pemerintah provinsi atau kabupaten. Namun ia menegaskan persoalan tersebut akan segera ditangani.
“Sudah identifikasi juga mengenai bagaimana kita memilah-milah ini apakah memang ini cukup di pemerintahan provinsi saja dengan kadis atau mungkin kabupaten kota. Dalam waktu dekat ya (ditangani)” terangnya.
Diketahui, petani di Mamuju mengaku terancam tak bisa menanam padi selama 3 tahun usai lahan persawahan mereka diterjang banjir bandang. Banjir membuat lahan mereka tertutup lumpur hingga bendungan rusak.
“Tertutup lumpur (sawah) waktu sudah banjir, baru bendungan yang mengairi sawah juga rusak. Petani gagal dan terancam tidak bisa menanam padi 3 tahun,” kata Ketua Kelompok Tani Sipempadagan Kalukku Muh Yusuf kepada wartawan, Kamis (27/10/2022).
Yusuf mengatakan bencana banjir yang menerjang Kelurahan Sinyonyoi, Kecamatan Kalukku, Mamuju pada Selasa (11/10) lalu membuat ratusan hektare sawah terdampak. Sedikitnya 80 hektare di antaranya tertimbun lumpur akibat banjir.
Menurut Yusuf, lumpur yang menutupi lahan persawahan sulit untuk dibersihkan meski menggunakan alat berat. Pasalnya lahan warga tidak semua berada di pinggir jalan.
“Itu kondisinya (lumpur) sulit dibersihkan, misalnya alat berat masuk pasti harus diangkut truk itu lumpur yang sudah mengering. Sementara sawah itu banyak juga di lokasi tidak bisa masuk alat berat,” jelasnya.
(Sumber: Detik.Com/Publishare: Adinda Putri Nabiilah)